Alfattah.sch.id – Liputan dari UEA, Azriel Raditya Daffa alumni Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo Jawa Timur, saat ini sedang menempuh pendidikan S1 program studi Sastra Arab di fakultas Adab dan Humaniora di Al-Qasimia University, Sharjah, Uni Emirat Arab. Berbagi sedikit pengalaman puasa Ramadhan pertama kali di Uni Emirat Arab setelah 8 bulan tinggal di UEA.
Uni Emirat Arab adalah salah satu negara timur tengah yang berpenduduk asli hanya 15% dari total populasi, mayoritas penduduknya adalah pendatang yang berasal dari berbagai negara seperti Bangladesh, India, Pakistan, beberapa negara Asia dan Eropa, yang berangkat dengan berbagai macam tujuan yaitu mencari pekerjaan atau mengenyam pendidikan dan sebagian dari mereka beragama Islam.
Bertepatan dengan bulan Ramadan yang penuh berkah ini, di Uni Emirat Arab banyak hal yang menarik belum pernah kita jumpai di negara kita Indonesia. Berpuasa di UEA kurang lebih selama 15 jam dengan suhu sekitar 40°C. Salah satu keunikan yang menarik adalah menembakkan meriam untuk menandakan waktu berbuka puasa, tradisi ini dikenal dengan midfa al iftar (Meriam iftar). Meriam ditembakkan setiap hari saat matahari terbenam untuk menandakan berakhirnya puasa hari itu dan di mulainya makanan/hidangan iftar, selain ditembakkannya meriam disaat berbuka puasa, meriam juga ditembakkan sebanyak dua kali untuk menandakan awal dan akhir bulan suci Ramadhan.
Tradisi menembakkan Meriam iftar di Uni Emirat Arab ini telah berlangsung sejak tahun 1960-an. Ledakan suara Meriam dapat terdengar sejauh 10 kilometer. Di Uni Emirat Arab, meriam biasanya ditempatkan di lokasi yang strategis, seperti masjid atau lapangan umum dan dioperasikan oleh teknisi terampil dibidangnya.
Meriam iftar terbuat dari logam dan dirancang untuk menghasilkan suara ledakan yang keras ketika ditembakkan. Meriam diisi dengan bubuk mesiu dan bahan lain yang membantu menciptakan suara ledakan yang keras. Penembakan Meriam ini disertai dengan lantunan suara adzan yang menandakan waktu berbuka puasa dan dilanjutkan dengan pelaksanaan shalat maghrib.
Tak hanya itu, ada beberapa hal unik lain yang kami alami selama Ramadhan. Berikut beberapa hal unik saat Ramadhan di Uni Emirat Arab :
Jam kerja dipersingkat
Saat datangnya bulan Ramadhan di UEA, pemerintah mempersingkat jam kerja untuk para pekerja muslim maupun non-muslim, biasanya jam kerjanya dari pagi hingga sore atau malam, nah saat bulan Ramadhan jsm kerja diperpendek mulai dari pukul 09.00 sampai pukul 14.30, rata – rata jam kerja 5 jam per-hari bahkan meliburkan hari Jumat hingga menjadi 4 hari kerja.
Penduduk asli memberikan makan di depan rumah mereka
Di UEA, menjelang buka puasa masyarakat secara pribadi menyiapkan makanan dan minuman gratis di depan rumah mereka untuk para pekerja dan juga para pejalan kaki.
Masjid-masjid dihadiri para imam besar terkemuka
Masjid-masjid kerap mengundang para imam terkenal dari berbagai negara, contohnya kemarin saya menghadiri shalat qiyamul lail yang dipimpin oleh salah satu imam besar yang saya yakin para pembaca sudah sering mendengar nama beliau, yaitu Syeikh Misyari Rasyid Alafasy yang berasal dari Kuwait. Hal ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena sebelumnya hanya bisa mendengarkan lantunan bacaan ayat suci Al Quran beliau melalui murottal digital, namun pada hari itu kami mendengarkan langsung sebagai makmum.
Sekilas pengalaman di UEA besar harapan kami bagi adik-adik alumni, wali santri, asatidz pesantren Al Fattah Sidoarjo bahwa l pengalaman ini menjadi motivasi untuk menjelajahi bumi Allah yang sangat luas. Pada awalnya hidup jauh dari keluarga memang tidak mudah, namun seiring dengan berlalunya waktu keadaan berubah menyenangkan karena keberadaan rekan-rekan sesama pendatang yang saling mendukung satu sama lain. Semoga Allah memberikan kesempatan yang sama kepada adik-adik alumni Al Fattah untuk menimba ilmu di tempat manapun yang dikehendaki. Aamiin.
(Red:Azriel Raditya Daffa)