1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Nasehat Untuk Santri Al...

Nasehat Untuk Santri Al Fattah

Mar 25, 2025

Oleh : Ridwan, S Pd, M. Pd.

Belajar di pesantren adalah proses perjalanan menuntut ilmu dengan ketekunan dan kesabaran, tidak hanya ilmu tekstual dalam kitab atau buku tetapi juga ilmu kehidupan dalam bermasyarakat dan belajar menyiapkan diri menjadi pemimpin. Memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa bahkan menyiapakan diri menjadi pemimpin dunia. Berkumpul dengan banyak karakter dari berbagai daerah di Indonesia, sesungguhnya santri sedang belajar menyiapkan dirinya menjadi pemimpin hebat. Hidup mandiri,semua keperluan hidup harus mereka urusi sendiri, jauh dari orang tua  sesungguhnya santri sedang dididik menjadi generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan dan zaman.

Berbahagialah kalian para santri Al Fattah  kalian telah menyiapkan diri menjadi pemimpin masa depan dengan imu dan tempaan kehidupan. Jangan mengeluh apalagi marah dan patah semangat apabila ustadz kalian dan pengurus hisfa memberikan iqob, memerciki air bahkan menyiram kalian karena terlambat bangun adzan Subuh, menegakkan disiplin kerena cintanya pada santrinya dalam berproses menjadi manusia yang bertanggungjawab dan tangguh. Besi baja tidak akan menjadi pisau yang tajam tanpa tempaan yang keras berkali-kali dari sang pandai besi, semakin keras tempaan dan semakin bertambah panas api yang membakarnya maka pisau semakin bertambah tipis dan tajam.

Perhatikan filosofi  menanam kurma,  lubangnya ditutup batu agar akarnya kuat  benih pohon menancap kuat. Fungsi dari batu tersebut adalah untuk memaksa pohon kurma tumbuh keatas. Ketika pertumbuhannya terhambat oleh batu disaat bersamaan akar tumbuh semakin kuat ke tanah, Menjadi santri dilatih dengan panca jiwa pondok, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, keansederhana, ukhuwahIslamiyah dan kebebasan dalam memilih jalan hidup dan masa depan  agar menjadi tangguh menghadapi segala cobaan. Kurma hidup di padang pasir yang tandus mengajarkan bahwa santri harus mampu hidup  disegala kondisi, tidak mudah menyerah karena kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan S.

Generasi Sahabat

Generasi emas di zaman Rasulullah sanggup memikul beban dakwah yang berat karena mereka ditempa dengan tantangan dan tanggungjawab mengemban tugas.  Dalam Sirah Nabawi telah dijelaskan karekteristik sahabat yang berinteraksi langsung dengan Rasulullah, para sahabat dan generasi mudanya mempunyai ketakwaan yang kuat  berusaha dengan sungguh-sungguhn menjalankan ajaran Islam dengan benar, mereka mempunyai kesabaran yang tinggi dalam menghadapi tantangan dakwah dan ujian, kepatuhan yang tinggi kepada Allah dan Rasul-Nya. Lahirlah pada zaman Rasulullah generasi sahabat muda yang patut dicontoh kegigihannya dalam berkorban dan berjuang untuk agama Islam.

Sahabat Arqam bin Arqam pada usia 16 tahun telah berani menyiapkan rumahnya sebagai pusat dakwah pada permulaan  Islam, resiko dan tantangan sangat besar karena harus berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh kafir Qurasy  yang sangat menolak ajaran yang dibawa Rasulullah Saw. Usama bin Zaid pada usia 18 tahun dipercaya oleh Rasulullah menjadi panglima pasukan perang walaupun dibelakangnya ada sahabat senior seperti Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan sahabat senior lainnya yang berpengalaman memimpin perang, Zaid bin sabit usia 13 tahun telah dipercaya Rasulullah Saw menjadi sekretaris dan penerjemah Rasulullah Saw ketika ada surat yang datang dengan bahasa non Arab. Mereka adalah generasi yang ditempa langsung oleh  Rasulullah.

Pemimpin hebat lahir dari didikan yang hebat pula. Didikan yang hebat membentuk karakter, memperkuat kepercayaan diri dan mengembangkan kepemimpinannya. Model pendidikan Pondok P esantren Al Fattah Sidoarjo sebagai tempat belajar  kalian  tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga pengalaman dan tantangan kehidupan. Para pejuang kemerdekaan dan tokoh besar bangsa Indonesia lahir dari para santri.

Yakinlah para santri Al Fattah suatu saat kalian akan menjadi pemimpin besar yang akan meneruskan perjuangan para tokoh dan para pemimpin saat  ini. Di pundak dan punggung kalian beban dan tanggungjawab masyarakat dan bangsa ini dipertaruhkan. Teruslah menimba  ilmu di pesantren dengan sabar,karena peran kalian ditunggu jamaah dan masyarakat.  KH Ahmad Soebroto Allahu yarham (wafat tahun 2000), salah satu pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al Fattah ini sering berpesan kepada para santrinya, diantaranya penulis sendiri “ dolek ilmu iku gak kober kudu  di kober-koberno, gak sempat disempat-sempatno, gak mlebu dilebok-lebokno”. Dalam pesan beliau tersebut terkandung makna sesibuk apapun  harus meluangkan waktu untuk mencari ilmu, dibutuhkan kesungguhan dan kesabaran untuk mencarinya.  Imam Syafi’i berpesan pada penuntut ilmu untuk memenuhi enam syarat agar bisa mendapatkan ilmu. Enam syarat tersebut adalah:

1. Cerdas (dzaka’un)

2.Keimginan yang kuat (hirsun)

3. Kesungguhan (ijtihadun)

4. Biaya (dirhamun)

5. Dekat dengan guru (usbatu ustadin)

6. Waktu yang panjang (thulu zaman).

Selain itu Imam Syafi’i juga memberikan nasehat yang masih relevan hingga saat ini “ Barangsiapa belum merasakan susahnya menuntut ilmu barang sejenak , ia pasti akan merasakan rendahnya kebodohan seumur hidupnya”. Kami mewakili asatidz berpesan pada para santri:

Pertama, niatkan mencari ilmu untuk memperoleh ridho Allah, maka akan tumbuh sikap istikomah dalam menuntut ilmu kapanpun dan dimanapun kalian berada. Kedua, minta doa kedua orang tua agar diberikan kemudahan dan imu yang bermanfaat, ketika dijenguk, telepon maupun ketika pulang berlibur, mintalah doa kepada orangtua. Ketiga, jaga adab dalam menuntut ilmu karena adab dan ilmu dua aspek yang saling melengkapi dalam kehidupan  agar ilmu bermanfaat dan mendatangkan keberkahan. Keempat, bersungguh- sungguhlah dalam menuntut ilmu, karena ilmu bekal berharga bagi masa depanmu, mendapatkan pahala karena termasuk diantara sabda Rasulullah “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mrnuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” ( HR. Muslim). Kelima,  para santri yang melatih membiasakan dirinya menanggung kesulitan dan bersabar  dalam menuntut ilmu termasuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dan melatih jiwa yang kuat dalam segala keadaan. Keenam, ilmu bukan hanya untuk pengetahuan saja tetapi untuk diamalkan, amalkan ilmu yang didapat dari asatidz niscaya akan menjadi cahaya yang menuntun hidupmu. Semoga Allah berikan kesabaran dan istiqomah dalam mencari ilmu serta kemudahan dalam mengamalkannya.