Oleh: Moh.Mas’al, S.HI, M.Ag
Apa benar keutamaan puasa Asyura’ bisa menghapus dosa satu tahun yang lalu ? dan bagaimana dengan puasa Tasyu’ah, apa ada dasarnya? Dua pertanyaan ini yang sering muncul dari beberapa dari kita, berikut sedikit penjelasan dari pertanyaan tersebut.
- Puasa Asyura’ dan Keutamaannya.
Puasa Asyura’ ketamaannya adalah menghapus dosa satu tahun sempurna yang telah lalu , ini bagiana dari keagungan yang Allah berikan kepada hambahnya. Diantaranya hadis dari Abu Qatadah bin Harits bin Rib’i ra. sebagai berikut:
عن أبي قتادة الحارث بن ربعيaعن رسول الله ﷺ أنّه قال:… وَصِيَامُ يَومِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ علَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتي قَبْلَهُ.(رواه مسلم )
Dari Abu Qotadah bin Harits bin Rib’i ra. dari Rasulallah SAW telah bersabda : “… dan puasa hari Asyura’ itu saya berharap kepada Allah dapat menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya (HR. Muslim. No. 1986).” Bahkan Nabipun sangat bersemangat untuk puasa Asyura’ berdasarkan riwayat berikut:
عن عبد الله بن عباس a أنّه قال: (ما رَأَيْتُ النبيَّ ﷺ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومٍ فَضَّلَهُ علَى غيرِهِ إلَّا هذا اليَومَ، يَومَ عَاشُورَاءَ، وهذا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ (رواه البخاري )
Dari Abdullah Ibn Abbas ra. Ia berkata : “Tidak aku melihat Nabi SAW lebih memberikan perhatian untuk puasa yang mempunyai keutamaan lebih dibanding hari lainnya kecuali hari ini yaitu hari Asyura’ (tanggal 10 Muharram) dan bulannya yaitu bulan Ramadhan (HR. Bukhari no. 1867).
Makna kata “Yataharra”pada hadis di atas Syekh Muhammad Munajji, memberikan definisi sebagai berikut :
ومعنى ” يتحرى ” أي يقصد صومه لتحصيل ثوابه والرغبة فيه
(Yaitu; berniat mencari dengan bersemangat untuk mendapatkan pahala di dalamnya”) lihat dalam artikel beliau yang berjudul “Fadlu syahru Allah al-muharram wa shiyami Asyura’. Kemudidan di jadikan rujukan oleh syaikh Ammar Sulaiman, memberi komentar :
كان شديد الاهتمام بصيام الأيام المستحب صيامها بعد رمضان، ومنها يوم عاشوراء Artinya: “Dia sangat tertarik untuk berpuasa pada hari-hari yang diinginkan untuk berpuasa setelah Ramadhan, termasuk hari Asyura.” dalam artikel beliau yang berjudul : “Fadlu Shaumi Tasyu’ah wa Asura.” Sementara menurut sejarah awal puasa Asyura’ sebagaimana riwayat Bukhari dari Ibn Abbas ra. sebagai berikut :
عن عبد الله بن عباس a أنّه قال: (قَدِمَ النبيُّ ﷺ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَومَ عَاشُورَاءَ، فَقالَ: ما هذا؟، قالوا: هذا يَوْمٌ صَالِحٌ هذا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إسْرَائِيلَ مِن عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قالَ: فأنَا أحَقُّ بمُوسَى مِنكُمْ، فَصَامَهُ، وأَمَرَ بصِيَامِهِ) (رواه البخاري )
Dari Abdullah Ibn Abbas ra. berkata; “Ketika Nabi Muhammadi SAW datang ke Madianah, beliau melihat oarng Yahudi berpuasa hari Asyura’, maka beliau bertanya, “ Apa ini ?” mereka menjawab, “ Ini adalah hari baik, dimana hari ini Allah menyelamatkan Bani Isra’il dari musuh-musuh mereka sehingga Musa berpuasa.” Maka beliau bersabda, “Saya lebih berhak untuk melaksanakan puasa dibandingkan kalian dari Musa,“ Maka beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa.” (HR. Bukhari, no. 1865).
Puasa Asyura’ sudah dikenal sejak zaman jahiliyyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, sehingga hukum pelaksanaan puasa Asyurah adalah sunnah berdasarkan hadis dari Aisyah ra. dalam kitab Shahih Bukhari berikut :
عَنْ عَائِشَةَ a قَالَتْ كَانُوا يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ وَكَانَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيهِ الْكَعْبَةُ فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ رَمَضَانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ ( رواه البخاري)
Dari Aisyah ra. berkata; ”Orang-orang melaksanakan puasa Asyura’(10 Muharram) sebelum diwajibkan puasa Ramadhan dimana di hari itu ka’bah di tutup dengan kain (kiswah) maka ketika Allah telah mewajibkan puasa Ramadhan, maka Rasulullah SAW bersabda.” Barangsiapa yang puasa silahkan dan barangsiapa yang meninggalkannya silahkan.” (HR. Bukhari, no.1489).
- Puasa Tasyu’ah.
Puasa Tasyu’ah adalah puasa tanggal 9 Muharram, apa pula yang melatar belakangi ibadah puasa tersebut? Semua itu akan terjawab dengan satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abdullah Ibn Abbas ra. sebagai berikut:
روى عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قال : حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .( رواه مسلم )
Telah diriwayatkan dari Abdullah Ibn Abbas ra, berkata : “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: “Ya, Rasulallah, Hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahun yang akan datang insya Allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan.” (HR Muslim, no. 1916).
Puasa Tasu’ah (tanggal 9 Muharram) termasuk amalan Sunnah Hammiyah artinya amalan sunnah yang menjadi keinginan Nabi tetapi belum dikerjakan Nabi. Imam Syafi’i , Imam Ahmad, dan lainnya berkata:
قال الشافعي وأصحابه وأحمد وإسحاق وآخرون : يستحب صوم التاسع والعاشر جميعا ; لأن النبي صلى الله عليه وسلم صام العاشر , ونوى صيام التاسع .
“Dianjurkan (disunnahkan) untuk puasa di tanggal 9 muharram dan 10 muharram secara bersamaan; karena Nabi SAW puasa tanggal 10 dan berniat untuk puasa pada tanggal 9 nya.”
Berdasarkan hal ini, di bolehkan puasa tanggal 10 muharram saja dan paling tinggi adalah puasa tanggal 9 dan 10 muharram keduanya, disamping itu juga dianjurkan memperbanyak puasa yang lain di bulan muharram secara umum.