Oleh : Ridwan, S.Pd., M.Pd
Rosulullah shollallahu ‘alahi wa sallam adalah teladan dari setiap sisi kehidupan seorang mukmin, sebagai kepala rumah tangga, kepala negara, pendidik, pendakwa.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah“.(QS Al Ahzab 21)
Kami angkat dalam tulisan ini keteladanan Rasulullah dalam mendidik sahabat yang berusia belia. Keberhasilan Rasulullah menjadikan generasi hebat, pendakwah dan pejuang. Rosulullah memujinya
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)
Mereka adalah generasi istimewa yang hidup dan mendampingi Rosulullah, sehingga setiap sisi kehidupan Rosulullah mereka tahu dan ditiru oleh para sahabat. Bagaimanapun keteladanan adalah pola pendidikan yang terbaik.
Diantara para sahabat terbaik itu adalah Sa’ad Abi Waqos pada usia 15 tahun menjadi teman diskusi rosulullah, sahabat yang pertamakali melesatkan anak panah pada musuh dan yang pertamakali mengalirkan darah dalam berjuang di jalan Allah, Usama bin Zaid pada usia 18 tahun di tunjuk sebagai panglima perang, memimpin sahahat senior 1 Umar bin Khottob, Abu Bakar. Zaid bin Tsabit masuk Islam pada 11 tahun dengan semangatnya membawa pedang lebih tinggi dari tubuhnya, meminta izin pada rosulullah ikut perang Badar dan Uhud. Karena masih belia, Rosulullah tidak mengizinkannya dan pada usia 13 tahun menjadi juru tulis rasulullah, Arqam bin Abil Arqom pada usia 16 tahun menjadikan rumahnya srbagai pusat dakwah, ditengah ancaman kaum Quraiisy, Ibnu Masud ahli bacaan Quran dengan keberaniannya membacakan Al Quran ketika kaum quraisy berkumpul di depan ka’bah walaupun dianiaya kaum qurasy tdak berhenti karena keberanian dan kepiawaiannya. Sahabat yang lain Ali bin Abi Tholib masuk Islam usia 10 tahun sebagai teman dakwah dan diskusi rasulullah, Tholhan bin Ubaidillah usia 16 tahun dijuluki singa podium, Atab bin Usaid diangkat sebagai gubernur Makkah pada usia 18 tahun dan banyak lagi sahabat hebat pada zaman Rasulullah Shollallahu ‘Alahi Wasallam.
Rosulullah pernah memberikan wejangan pada ibnu Abbas
عَنْ أَبِي عَبَّاسٍ عَبْدِ اللهِ بنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النبي صلى الله عليه وسلم يَومَاً فَقَالَ: (يَا غُلاَمُ إِنّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحفَظك، احْفَظِ اللهَ تَجِدهُ تُجَاهَكَ، إِذَاَ سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَاَ اسْتَعَنتَ فَاسْتَعِن بِاللهِ
Artinya, dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah.” (HR At Thirmidzi)
Rosulullah memberikan perhatian besar terhadap generasi muda dengan pesan-pesan aqidah yang kuat. Ibnu Abbas mendapat “mutiara” dari rosulullah dengan kata yang indah di usia belia, “yaa gulam” kalimat yang menujukkan perhatian besar pada generasi muda. Konsep aqidah yang dasar ditanamkan pada sahabat. Inilah pola kaderisasi rasulullah yang patut kita teladani. Generasi emas dibawah bimbingan dan keteladanan rasulullah mampu menorehkah sejarah peradaban yang unggul. Ada tiga aspek pendidikan yang di tekankan rasulullah yaitu:
- Aspek aqidah
- Aspek akhlak dan sosial kemasyarakatan
- Aspek keilmuan dan intelektual
Methode / proses dalam mendidik generasi muda melalui nasehat, memberi hadiah, perumpamaan/tamsil, perintah dan larangan, diskusi dan halaqoh.