Oleh : Ridwan, S.Pd., M.Pd
Bagi seorang mukmin, keluarga adalah pertemuan yang disatukan oleh ikatan janji yang kuat (mitsaqon golidho) untuk saling mencintai dalam bingkai iman. Sebab itu persyaratan mutlak agar cinta berbuah surga. Berkumpul kembali bersama di tempat yang hanya ada bahagia dan suka cita.
Allah berfirman dalam surat At Thur ayat 21
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
Prof. Dr. Wahbah Zuhaily dalam tafsir al Wasith beliau menulis “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya, serta pengikut-pengikut dan anak cucu mereka yang beriman, Kami sertakan mereka untuk masuk surga dan Kami berikan derajat (mulia). Jika mereka (anak-cucu mereka) belum sempat mengerjakan amal ibadah mereka, maka sebagai bentuk kemulian bagi leluhur mereka, Kami kumpulkan mereka bersama-sama, sehingga pandangan-pandangan dan jiwa mereka menjadi nyaman dan tenang. Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala dari amal ibadah para leluhur mereka, namun kami tambahkan (pahala) amal ibadah anak-cucu mereka sebagai bentuk pengistimewaan bagi mereka. Setiap orang saling terikat atau terkait dengan amal ibadahnya pada hari kiamat, baik amal kebaikan ataupun keburukan”. Inilah visi utama keluarga mukmin mencapai puncak kesuksesan tertinggi berkumpul kembali bersama anak keturunannya di surga.
Dalam perjalanan bahtera rumah tangga tentu ada bekal yang harus dipersiapkan, memperkuat ikatan,perjanjian dan fokus pada tujuan, karena dunia adalah tempat mengumpulkan bekal dan menjawab warna-warni ujian kehidupan. Suami sebagai nahkoda harus mahir dalam mengendalikan bahtera ditengah lautan, terkadang ombak mengguncang hebat dan terkadang datar-datar saja. Dan istri bukan hanya sekedar sebagai penumpang tetapi sebagai pengayuh bahtera agar sampai pada tempat tujuan.
Bekal terbaik
Di setiap khutbah rosulullah selalu menyampaikan pesan taqwa ( surah 102, Annisa’ ayat 1 dan Al Ahzab ayat 70)
Bekal terbaik dalam setiap sisi kehidupan adalah taqwa
Allah Ta’ala berfirman,
يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS. Al-A’raf: 26).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa pakaian itu ada dua macam, yaitu pakaian lahiriyah dan pakaian batin. Pakaian lahiriyah yaitu yang menutupi aurat dan ini sifatnya primer. Termasuk pakaian lahir juga adalah pakaian perhiasan yang disebut dalam ayat di atas dengan riisya’ yang berarti perhiasan atau penyempurna.
Pakaian batin sendiri adalah pakaian taqwa. Pakaian ini lebih baik daripada pakaian lahir yang nampak.
Pakain taqwa adalah pelindung terbaik ketika mengarungi lautan kehidupan berkeluarga..Taqwa sebagai landasan yang kuat di wujudkan dengan sikap saling menghargai (tasamuh), bermusyawarah dalam menghadapi persoalan (tasyawur) dan menjaga keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan suami dan istri (tawazun), saling membantu (ta’awun) dengan mengilangkan egonya masing-masing. Dengan takwa akan mendapatkan keberkahan, sakinah, mawaddah dan rahmah dalam pernikahan, sebagaimana do”a barokah yang di ajarkan rosulullah sholallahu alahi wasallam
خَيْرٍبَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu (di waktu bahagia ) dan memberkahi atasmu ( di waktu susah), serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan” (HR. Abu Dawud no. 2130).