Oleh : Ridwan, S Pd, M. Pd.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1445 melalui Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah bahwa Iedul Fitri 2024 jatuh pada Rabu, 10 April 2024. Sementara NU menunggu sidang isbat 9 April 2024. Lembaga Falakiyah PBNU merilis laporan tingggi hilal terkecil di Merauke Propinsi Papua Selatan +4 derajat 52 menit dan tinggi hilal terbesar di Kota Lhoknga Propinsi Aceh +7 derajat 28 detik derajat (NU Online 7 April 2024). Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengatakan bahwa 1 Syawal 1445 Iedul Fitri 2024 diprediksi jatuh pada Rabu, 10 April 2024 (Detik.com). Dengan demikian diprediksi Iedul Fitri tahun ini dilaksanakan serentak antara pemerintah, Muhammadiyah dan NU.
Makna Iedul Fitri dan Lebaran
Iedul Fitri berasal dari dua kata Id dan fitri Secara etmologi id artnya kembali atau berulang dan fitri berarti suci atau makan di pagi hari. Maknanya kembali menjadi suci bersih dari dosa karena telah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Bisa bermakmana lain hari raya fitri terjadi berulang tiap tahun dan kembali bisa makan pagi.
Sedangkan lebaran berasal dari kata bahasa jawa lebar artinya habis atau hilang. Secara terminologi maknanya telah habis segala kesalahan diantara sesama manusia setelah saling memohon maaf dan bersilaturrahmi. Jadi makna lebaran lebih berorentasi pada hablum minannas dan dipengaruhi budaya suatu daerah atau negara tertentu. Kita tidak menemukan budaya lebaran di negara lain. Para perantau bersusah payah mudik ke kampung halamanya masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga, bersilaturrahmi dan saling meminta maaf pada sanak famili dan tetangga.
Mereka yang beriedul Fitri dan Lebaran
Para pemenang yang telah lulus dalam melaksanakan ibadah puasa, mereka yang berberhak memperoleh kebahagiaan dan beriedul fitri. Sabda Rasulullah.
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Kebagiaan pertama mereka bahagia karena telah tebebas melaksanakan perintah Allah dengan berbuka puasa
Kebahagiaan kedua, berjumpa dengan Allah dengan menerima balasan pahala puasa.
Kebaikan menghapus keburukan
Dalam firman Allah,
اِنَّ الۡحَسَنٰتِ يُذۡهِبۡنَ السَّيِّاٰتِ ؕ ذٰ لِكَ ذِكۡرٰى لِلذّٰكِرِيۡنَ ۚ
“Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS. Hud 114)
Dosa-dosa yang diampuni dalam ayat ini selain dosa besar, sabda Rasulullah.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bersilaturrahim
Tradisi mudik pulang kampung dan bersilaturrahim pada kerabat pada hari raya adalah tradisi yang baik di negeri kta.
Dalam hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit disebutkan mengenai hadits qudsi, “Sungguh Aku mencintai orang yang saling mencintai karena-Ku. Sungguh Aku pun mencintai orang yang saling berkunjung karenaKu. Sunguh Aku mencintai orang yang saling berderma karena-Ku. Sungguh aku mencintai orang yang saling bersedekah karena-Ku. Begitu pula dengan orang yang saling menyambung (hubungan kekerabatan) karena-Ku.” (HR. Ahmad).
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
إذا جاءكم الزائر فأكرموه
“Jika ada yang mengunjungi kalian, muliakanlah.”
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تعبد الله، ولا تشرك به شيئا، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة، وتصل الرحم
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik kepada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari).
Saling memaafkan
Saling memaafkan di hari raya merupakan tradisi khas masyarakat Indonesia. Pada hari raya memanfaatkan momen bertemu kerabat untuk saling memaafkan. Dalam Islam tidak ada dalil khusus untuk saling memaafkan pada hari raya, di waktu kapanpun bisa saling memaafkan ketika berbuat salah, selagi tidak melanggar syariat Allah, misalnya berjabat tangan laki-laki dan perempuan bukan mahram dan melampui batas dalam berinteraksi sosial.
Firman Allah
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِين
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”{Al-A’râf:199)
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ » [أخرجه مسلم]
“Tidaklah sedekah itu mengurangi dari harta sedikitpun. Tidaklah ada seseorang yang memberi maaf pada orang lain melainkan itu kemulian baginya, dan tidaklah ada seorang hamba yang tawadhu kecuali Allah akan angkat derajatnya.“ (HR Muslim).
Semoga Allah menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan mengampuni dosa-dosa kita, aamiin.