Oleh : Ridwan, S Pd, M. Pd.
Bulan Dzulhijjah salah satu diantara 4 bulan haram (asyhurun hurum). Bulan diharamkan berperang dan perbuatan keji yang mendatangkan dosa. Ibnu Katsir menulis dalam tafsir Al Quranul Adhim berbuat dosa pada bulan haram lebih berat balasannya dan berbuat kebaikan lebih besar pahalanya. Empat bulan haram itu adalah
Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Firman Allah.
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” QS. At Taubah 36.
Sebagian masyarakat di Indonesia menjadikan bulan Dzulhijjah atau bulan Besar dalam kalender Jawa sebagai bulan hajatan nikah. Dimulai tanggal satu sampai ahir Dzulhijjah. Dalam Islam semua bulan adalah baik., tidak ada bulan yang mendatangkan sial. Tidak ada nas yang memerintahkan atau melarang nikah pada bulan Dzuhijjah.
Masyarakat ingin mencari kebaikan dengan mengambil i’tibar dari peristiwa di bulan Dzulhijjah,ibadah hajji dan Ibadah kurban. Dua ibadah tersebut diambil dari kisah perjalanan sejarah nabi Ibrahim dan keluarganya. Penanggalan Jawa bulan Dzulhijjah dinamakan dengan bulan Besar karena terjadi peristiwa besar yaitu ibadah haji bagi yang mampu dan ibadah kurban. Kedua ibadah tersebut memerlukan dana yang besar dalam pelaksanaan ibadanya.
Ibrah keluarga Nabi Ibrahim
Keluarga Ibrahim menjadi teladan dalam membangun keluarga bahagia. Sosok ayah Ibrahim khaliilullah, ibu Hajar yang tawakkal dan sosok anak yang hanif Ismail.
Firman Allah:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.” QS Mumtahanah 4.
Keturunan nabi Ibrahim melahirkan para nabi sehingga dijuluki abul ambiya. Dari dua puluh lima nabi yang kita kenal, delapan belas nabi dari keturunan Ibrahim. Ibrahim dan keluarganya melahirkan para nabi menjadi ibrah bagi keluarga Muslim.
1.Membangun Ka’bah
Menjadikan keluarga yang melahirkan keturunan yang sholih makmurkan masjid dengan pengajian, mengajak keluarga sholat berjamaah di masjid, kalau sholat ditegakkan akan terhindar dari perbuaran keji dan mungkar, ajak keluarga tholabul ilmi di masjid.
2. Senang Shodaqoh
Diantara kebiasaan nabi Ibrahim dan keluarganya adalah bershadaqah. Nabi Ibrahim pernah bershadaqoh dengan seribu kambing, lima ratus sapi dan tiga ratus unta. Shadaqoh menjadikan harta dan keluarga lebih berkah.
3. Ikhlas dan Tawakkal
Nabi Ibrahim ikhlas dalam melaksanakan perintah Allah. Diperintahkan hijrah dari Mesir ke Palestina pindah bersama keluarga ke Makkah dan kembali lagi ke Mesir dilaksanakan dengan mengharap ridhoNya. Sang Istri Hajar tawakkal ketika ditinggal suami hijrah untuk melaknakan perintah dakwah bersama sang bayi Ismail di lembah tidak ada pepohonan dan sumber air, ketika perbekalan air dan kuma sudah habis , Hajar berlari mencari air dari bukit Shofa menuju Marwa tujuh kali, yakin Allah akan memberi pertolongan dan mencukupi kebutuhannya. Allah turunkan mukjizatNya dengan sumur zam-zam yang tidak pernah surut dari masa ke masa walau milyaran liter telah diambil.
4. Melibatkan Keluarga
Ibrahim.melibatkan keluarga dalam menyelesaikan kebuatuhan hajat masyarakat dan agama. Ketika membangun Ka’ bah Ibrahim melibatkan Ismail. Dinding Ka’bah mulai tinggi, Ibrahim berpijak pada batu agar lebih tinggi, Ismail ada di bawah mengulurkan batu untuk meninggikan dinding Ka’ bah. Sungguh indah kerjasama antara sang ayah dengan putranya untuk agamanya
5. Siap Hadapi Tantangan
Tantangan dan ujian dalam hidup pasti ada. Ibrahim mendidik Ismail dengan kemandirian, ditinggal sang ayah untuk berdakwah menjadikan Ismail sosok pemuda mandiri kuat fisik dan jiwanya. Ismail belajar berproses dalam menghadapi tantangan kehidupan. Ketika Allah perintahkan Ibrahim dalam mimpinya untuk menyembelih putra yang lama dirindukan kelahirannya, Ismail siap melaksanakan perintah Allah walaupun nyawa taruhannya.
Sosok Ibrahim dan keluarganya patut di jadikan teladan keluarga muslim dalam menyiapkan generasi yang unggul.