1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Anak Di Pesantren Investasi...

Anak Di Pesantren Investasi Orang Tua

Oct 19, 2022

Oleh: Moh.Mas’al, S.HI, M.Ag

Mempunyai anak mondok di pesantren adalah warisan yang tak pernah habis yang dimiliki orang tua, terkadang orang tua ingin anaknya masuk pesantren tetapi anaknya tidak minat atau sebaliknya anaknya ingin masuk pesantren tetapi orang tuanya mempunyai ingin memasukkan anaknya di lembaga pendidikan non pesantren. Nabi SAW menggabarkan dalam sebuah haditsnya yang bersumber dari dari sahabat Abu Hurairah ra.
النَّاسُ مَعادِنُ كَمَعادِنِ الفِضَّةِ والذَّهَبِ، خِيارُهُمْ في الجاهِلِيَّةِ خِيارُهُمْ في الإسْلامِ إذا فَقُهُوا،
Dari Abu Hurariah ra. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Manusia ibarat barang tambang berharga seperti tambang emas dan perak” orang-orang mulia pada masa jahiliah adalah orang-orang mulia pada masa Islam jika mereka memahami (agama).(HR. Bukhari no. 3495 3496, Muslim No. 2638) dengan sedikit perbedaan redaksi.

Dalam hadis tersebut terkandung beberapa makna pertama. Nabi memberikan Tasybih (penyerupaan) manusia seperti barang tambang emas dan perak, menggambarkan kekayaan yang tak ternilai, baik di masa sebelum datangnya Islam maupun sesudahnya jika manusia itu faham dengan agama, walaupun hal tersebut dapat dipahami dari perbedaan nilai barang-barang tambang; ada yang mahal seperti emas dan perak, ada yang murah seperti besi dan lempengan logam. Kedua. adanya perbedaan watak manusia dan sifat akhlak serta psikisnya. Ketiga. perbedaan manusia dalam menerima kritik yang membangun, ada orang yang menerima dengan mudah, ada yang membutuhkan kesabaran, ada juga yang tidak bisa menerima sebagaimana keadaan barang tambang.

Pendidikan di negeri kita saat ini, dalam keadaan yang tidak ada kepastian, sehingga beberapa kali ganti pemimpin ganti pula kebijakan. Terutama kebijakan tentang kurikulum, dari kurikulum 2013 belum final berganti menjadi kurikulum prototype masih dalam proses, dirombak lagi dengan kurikulum merdeka itupun dalam tahap uji coba. Disisi lain cengkraman sekularisme, liberalisme telah masuk dalam kurikulum pendidikan kita.

Dalam situasi dunia pendidikan yang tidak menentu, apalagi dengan adanya paradigma sekularisme yang melingkupinya, pesantren menjadi alternatif terbaik untuk saat ini, demikian narasi beliau dalam tulisan singkatnya Dr.Ahmad Sastra ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB). Walaupun pesantren saat ini sedang digoyang dengan berbagai isu minor, yang akhirnya memberikan kesan negatif pada pesantren. Tetapi sejarah telah menguji secara empiris bahwa pesantren telah melahirkan ulama’ sekaligus pemimpin yang ideal yang turut serta berkontribusi dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini.

Usia anak saat jenjang menengah pertama dan menengah atas (SMP/SMA) adalah sangat rentan jika salah pergaulan, salah dalam mengakses informasi. Ketika anak-anak mau serta minat belajar di pesantren, itu benar-benar warisan yang tak ternilai bagi orang tuanya. demikian lanjut A.Sastra. Apa alasannya? Sebab, sekulerisme pendidikan akan melahirkan anak-anak yang tidak memiliki basis agama yang bagus. Sekolah pada umumnya memberikan bekal ilmu, sementara bekal agamanya sangat minim. Padahal sebelum berilmu, seorang anak harus dibekali dengan adab, sebelum adab harus punya landasan iman, sementara amal harus berlandasakan ilmu.

Bukan salah pesantren jika ada beberapa oknum guru yang melanggar aturan. Bahkan, riilnya di kalangan santri yang tidak belajar di pesantren justru sering terjadi berbagai pelanggaran, karena mereka bebas bermain di mana saja sesuka hati. Sementara dengan pesantren, santri harus tinggal di asrama 24 jam di bawah pengasuhan dan pengawasan seorang guru. Tidak ada kesempatan bagi santri untuk tawuran dengan pesantren lain. Tinggal di pesantren menuntut santrinya untuk bersabar,sederhana, taat kepada gurunya, dan menuntut ilmu secara maksimal.

Pesantren memiliki visi utama yaitu tafaqquh fiddin. Pendidikan yang ditawarkan oleh pesantren mentarbiyah anak didik untuk mendalami nilai yang terdapat pada Al Qur’an sebagai kitab suci yang harus diyakini kebenarannya sekaligus sebagai pedoman hidup umat Islam serta al-Hadits sebagai petunjuk teknis dari Al Qur’an merupakan fakta kongkrit dari cara sikap dan cara fikir Rasulallah Muhammad SAW. Hakekat pendidikan Islam adalah transfer of Value dan transfer of knowledge, dan faktanya kedua nilai pendidikan tersebut ada di pesantren. Tidak hanya itu, keunggulan pendidikan di pesantren adalah tempat penggemblengan dan penempahan selama 24 jam, agar santri mampu menjadi pejuang-pejuang Islam demi tegaknya Islam dan kaum muslimin. Dan ini berbanding terbalik dengan pendidikan umum non pesantren hanya proses transfer of knowledge, sedang penanaman nilai Islam sebatas di waktu-waktu efektif sekolah, itupun belum lagi problem yang muncul disepanjang perjalanan antara rumah dan sekolah inilah yang sering terjadi karena lepas dari pengawasan dari orang tua dan guru.

Entitas sosio pendidikan yang dibangun dalam rangkah untuk memberikan pelayanan terbaik untuk umat dan bangsa adalah pesantren. Keberadaan pesantren seakan berbanding lurus dengan existensi umat dan negara itu sendiri. Sehingga maju mundurnya suatu negara tidak bisa dilepaskan dari kualitas pendidikan yang dibangun hari ini. Negara yang maju akan berorientasi visioner yang bukan hanya pada aspek kebutuhan materiil sandang, pangan dan papan, tetapi lebih pada kebutuhan aspek pendidikan yang bersifat integralistic (Syumuly) yang menjakau sampai pada wilayah terkecil yaitu keluarga, disinilah akhir dari muara seluruh pendidikan dimulai.

Manajemen pesantren tentu berbeda dengan lembaga pendidikan lain yang non pesantren. Sistem pendidikan pesantren adalah berbasis asrama, melalui sistem inilah pesantren mampu menanamkan nilai-nilai Islam secara Kaffah, Syumuly yang menjangkau seluruh sendi-sendi kehidupan anak didik tentang hakikat pendidkan yang sebenarnya. Melalui sistem menajemen yang berbasis asrama, maka anak didik akan mendapatkan bimbingan, kepengasuhan dan pembinaan yang melekat dari seorang guru dari sebelum tidur sampai tidur kembali. Keteladanan seorang guru sekaligus menjadi orang tua bagi anak di asrama, sehingga konsep pendidikan Islam secara teori dan praktisnya dapat diperoleh anak didik dengan sangat baik.
Secara paradigma, praktik pengajaran di pondok pesantren harus kembali pada prinsip-prinsip aqidah Islam sebagai roadmap atau arah, artinya Islam menjadi pusat distribusi pengembangan kurikulum, standart nilai-nilai ilmu, proses belajar mengajar, penentuan kualifikasi guru serta penguatan budaya organisai kelembagaan. Semua ini harus bermuara pada visi membentuk generasi yang unggul dan berkepribadian Islami (Syahsiyyah Islamiyyah), menguasai Tsaqofa Islam, serta meningkatkan IPTEK dengan merekonstruksi nilai-nilai Islam yang mengintregasikan antara ontology, epistemology dan aksiologi. berdasarkan ontology.

Sistem manajemen pesantren yang tepat didukung alat kontrol yang ketat menjadi sangat penting dalam menjaga mutu pendidikan di pesantren, namun pengawalan dan pemahaman atas nilai-nilai keislaman jauh lebih penting dibandingkan manajemen. Sebab sistem manejemen tidak akan berjalan dengan baik jika para pelakunya tidak mempunyai nilai-nilai kepribadian yang baik pula. Nilai keikhlasan di pesantren menjadi roh penggerak semua proses tata kelolah pendidikan di pesantren dan jangan sampai ada sifat-sifat yang cenderung bersikap praktis, sempit dan instan karena inilah sifat-sifat yang akan merusak seluruh proses pendidikan, bahkan untuk menghasikan generasi yang unggul pesantrenpun harus berbasis nilai. Pendidikan di pesantren mengedepankan proses secara aktif baik guru dan santri untuk mengembangkan potensi dirinya, dengan melakukan proses internalisasi dan mengevaluasi nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat, untuk dikembangkan dalam kehidupan masyarakat yang lebih Islami serta kehidupan berbangsa yang bermartabat dalam mencari keridhoan Allah SWT.