Oleh : H. Ridwan Manan, S.Pd. M.Pd
Hari ini adalah Jum’ah terahir pada Ramadhan 1443 H karena Jum’ah yang akan datang sudah masuk bulan Syawal. Waktu tersisa tiga hari sangat menentukan baik dan buruknya amalan kita di bulan Ramadhan. Rosululloh bersabda:
اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالْخَوَاتِمِها
“Sesungguhnya amal itu di lihat dari yang ahirnya” (HR Buchori)
Ramadhan mendatangkan semangat ibadah mahdah maupun goiru mahdah .Begitu bergeloranya semangat qiyamu Ramadhan, tadarus Al Quran, shodaqoh dan amalan kebaikan yang lain yang harus di jaga sampai Ramadhan berahir dan bahkan setelah Ramadhan tetap istiqomah dalam kebaikan.
Ibarat sebuah bangunan, dengan susah payahnya membangun rumah yang kokoh dengan material bahan bangunan berkwalitas tapi finishing yang tinggal sepuluh persen pengecatan dengan bahan dan warna asal asalan, maka rumah yang kokoh tidak nampak indah di pandang. Waktu tersisa dari Ramadhan tahun ini mestinya lebih bersemangat dalam ibadah .
Allah telah menyiapkan waktu yang terbaik di sepuluh hari terahir, lailatul qodar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, kalau di hitung sama dengan 83.3 tahun. Seandainya seseorang aqil balig umur 13 tahun, di berikan umur 65 tahun i’tikaf selama hidupnya dan memperoleh lailatul qodar, berarti orang tersebut memperoleh kebaikan 3.915 tahun,luar biasa kemurahan yang di berikan Allah. Sebagaimana contoh Rosululloh mengencangkan sarungnya di sepuluh akhir bulan Ramadhan.
كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya”. (HR Bukhari Muslim)
Pengertian mengencangkan sarungnya’, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam syarahnya Fathul Barri adalah Rasulullah SAW memisahkan diri dari istrinya, tidak menggauli istri beliau selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah lebih fokus ibadah kepada Allah Ta’ala.
Ironi yang terjadi pada sebagian ummat Islam jutru waktu yang pendek tidak di manfaatkan dengan amalan yang tebaik, masjid nampak mulai sepi jamaah qiyamul lail semangat membaca Al Quran mulai kendor, lebih sibuk jalan-jalan dan di tempat hiburan. Kenapa terjadi demikan karena banyaknya dosa-dosa kita yang menutupi hati ini sehingga tidak merenung, mengevaluasi diri, bahkan hati yang sudah tertutup tidak lagi mampu menerima nasihat.
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” Qs Al Muthofifin 14 (HR. at-Turmudzi dan selainnya).
Maka yang harus di lakukan adalah mohon ampunan Allah, banyak beristigfar agar hati ini kembali bersih msmpu menggerakkan jiwa dan fisik menuju ketaatan kepada Allah Ta’ala.Memohon kepada Allah agar di berikan hati yang istiqomah untuk melakukan kebaikan.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينك