Oleh : H. Ridwan, S.Pd., M.Pd
Momen Idul Adha tidak lepas peran tiga pelaku sejarah, nabi Ibrahim, Ismail dan Hajar.Tiga pelaku sejarah inilah yang mampu mengukir peradaban ummat. Dari tangan kedua orangtua menjadikan Ismail anak yang taat kepada Alloh dan patuh pada orang tuanya. Karakter kuat yang dimiliki Ismail sejak kecil karena bimbingan langsung dari sang ibu. Hajar mampu mendidik Ismail dengan aqidah yang kuat dan akhlaq yang luhur walaupun di tinggal nabi Ibrahim berdakwah ke Palestina. Hajar senatiasa memberikan pesan dan kesan positif tentang ayahandanya walaupun jarang bertemu. Sikap seperti ini perlu dibangun di dalam keluarga modern saat ini. Syauqi Beik pujangga Mesir mengatakan ” eksistensi suatu bangsa itu karena ahlaqnya.” Suatu bangsa tidak dihormati oleh bangsa lain lantaran keterpurukan ahlaqnya walaupun perangkat dan struktur bangsa itu masih ada.
Sang ayah punya peran yang penting dalam keluarga. Di dalam Al Qur’an dialog antara ayah dan anak disebutkan 14 kali, ibu dan anak 2 kali dan dialog diantara keduanya 1 kali. Ketika kita menginginkan generasi yang “halim”, sopan santun, tanggung jawab dan cerdas maka porsi dialog yang telah disampaikan di dalam Al Qur’an harus di ikuti. Apalagi setelah terjadinya pandemi global covid-19, memberikan pelajaran penting bahwa beban tanggung jawab pendidikan tidak hanya bertumpu di sekolah, tapi juga bertumpu pada orangtua. Sesibuk apapun orang tua harus ada dialog yang intensif dengan anak secara langsung maupun melalui telpon.Tradisi dialog dengan anak di era modern banyak ditinggalkan orangtua, walau di dalam rumah, satu ruang dan satu meja tidak terjadi dialog yang menyenangan di antara anggota keluarga, sibuk dengan gadgetnya masinh-masing, akibatnya anak kehilangan figur orang tua, terutama ayah. Anak merasa lebih nyaman curhat dengan temannya di cafe, warkop dan tempat lain yang dianggap nyaman dan aman oleh mereka.
Surat Al Baqoroh ayat 132 memberikan pelajaran, bagaimana pesan nabi Ibrahim dan Ya’kub pada putranya.
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Alloh telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.“
Bahkan untuk membuktikan keberhasilan dalam mendidik anaknya dalam agama, nabi Ya’kub diahir hidupnya bertanya pada anaknya “maa ta’buduna mim ba’dy”. (apa yang kamu sembah sepeninggalku ( Qs. 2:133)
Berkut parenting nabi Ibrahim yang di ambil dalam Al Qur’an:
- Memilih pasangan hidup yang baik sebelum menikah
- Berdo’a mohon anak yang sholih walaupun belum dikaruniai anak
- Orientasi masa depan anak bukan hanya materi dunia saja tapi akhirat visi utama
- Menanamkan aqidah yang kuat
- Bersikap tenang walaupun menghadapi masalah yang besar.
- Mentradisikan dialog dan musyawarah dengan anak dan keluarga.
- Selalu menyertakan doa untuk anak dan keturunannya.
- Menjadi teladan yang baik bagi anak.
- Segera kembali pada Alloh dalam setiap situasi.
- Menjadikan kitab dan hikmah sebagai pedoman
- Lembut dan santun dan bertutur kata.
Semoga bermanfaat bagi ayah bunda dalam menyiapkan kader beradab,cerdas, bervisi akhirat.