Oleh : Ridwan, S.Pd., M.Pd
Terdapat berbagai macam respon dari manusia terhadap musibah yang terjadi saat ini. Respon tersebut ada yang mendatangkan dosa dan pahala. Ada yang mengeluh, putus asa, stres bahkan bunuh diri. Ada juga yang mengambil hikmah di balik musibah, dengan bermuhasabah dan lebih mendekat pada Allah.
Allah berfirman
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Al-Baqarah: 156)
Ibnu Katsir dalam tafsir Al Quranil Adhim menulis mereka yang tertimpa musibah menghibur dirinya dengan mengucapkan kalimat tersebut (istirja’) manakala mereka tertimpa musibah, dan mereka yakin bahwa diri mereka adalah milik Allah. Dia memberlakukan terhadap hamba-hambaNya menurut apa yang Dia kehendaki. Mereka meyakini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala di sisiNya seberat biji sawipun kelak dihari kiamat. Ucapan ini menanamkan pengakuan di dalam hati mereka yang menyatakan bahwa diri mereka adalah hamba-hambaNya dan mereka pasti akan kembali kepada-Nya di hari akhirat nanti. Karena itu Allah SWT memberitahukan tentang pahala yang akan diberikanNya kepada mereka sebagai imbalan dari hal tersebut melalui firman-Nya:
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya.” (Al-Baqarah: 157)
Maksudnya, mendapat pujian dari Allah Swt. Sedangkan menurut Sa’id Ibnu Jubair, yang dimaksud ialah aman dari siksa Allah.
Firman Allah Swt.:
{وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ}
“Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 157)
Amirul Muminin Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengatakan bahwa sebaik-baik kedua jenis pahala ialah yang disebutkan di dalam firman-Nya yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 157) Kedua jenis pahala tersebut adalah berkah dan rahmat yang sempurna. Dan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: “Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah: 157) adalah pahala tambahannya, yang ditambahkan kepada salah satu dari kedua sisi timbangan hingga beratnya bertambah. Demikian pula keadaan mereka; mereka diberi pahala yang setimpal berikut tambahannya.
Sehubungan dengan pahala membaca istirja’ di saat tertimpa musibah, banyak hadis-hadis yang menerangkannya. Yang dimaksud dengan istirja’ ialah ucapan Inna lillahi wainna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kita semua dikembalikan)
Sikap terpuji dan mendatangkan pahala ketika tertimpa musibah adalah,
- Ridha terhadap takdir Allah Ta’ala
Sikap mukmin wajib beriman terhadap takdir Allah bahwa musibah apapun telah di tetapkan Allah Ta’ala di lauhul mahfudz (QS Al Hadid: 22) - Sabar
Setiap muslim wajib bersabar menghadapi ujian Allah dalam bentuk apapun dengan mengucapan kalimat istirja” ( QS.Al Baqarah: 155-57) - Mengambil Hikmah
Ketika seorang muslim mengetahui hikmah di balik musibah maka dia memiliki jiwa yang tangguh, tidak menyalahkan siapapun. Tidaklah musibah itu terjadi kecuali Allah akan menghapuskan dosa
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُصِيبَةٍ يُصَابُ بِهَا الْمُسْلِمُ إِلَّا كُفِّرَ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang Muslim, melainkan dosanya dihapus Allah Ta’ala karenanya, sekalipun musibah itu hanya karena tertusuk duri.” (HR Muslim)
Hikmah lain dengan musibah adalah Allah menjadikan syahid. Setiap orang di dunia pasti akan menemui ajalnya. Hanya saja, tidak satupun yang tahu bagaimana cara Allah memanggilnya. Namun, sebagai umat muslim, tentu yang paling diinginkan adalah meninggal dalam keadaan syahid. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadis riwayat muslim, terdapat lima kematian yang bisa disebut mati syahid.
وعنهُ قالَ: قالَ رسولُ اللَّه ﷺ: مَا تَعُدُّونَ الشهداءَ فِيكُم؟ قالُوا: يَا رسُولِ اللَّهِ مَنْ قُتِل في سَبيلِ اللَّه فَهُو شهيدٌ. قَالَ: إنَّ شُهَداءَ أُمَّتي إذًا لَقلِيلٌ،” قالُوا: فَمنْ يَا رسُول اللَّه؟ قَالَ: منْ قُتِل في سبيلِ اللَّه فهُو شَهيدٌ، ومنْ ماتَ في سَبيلِ اللَّه فهُو شهيدٌ، ومنْ ماتَ في الطَّاعُون فَهُو شَهيدٌ، ومنْ ماتَ في البطنِ فَهُو شَهيدٌ، والغَريقُ شَهيدٌ رواهُ مسلمٌ.
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bertanya (kepada sahabatnya), ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ Mereka menjawab, ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ Para sahabat bertanya ‘Mereka itu siapa ya Rasul?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang mati di jalan Allah (bukan karena perang) juga syahid, orang yang tertimpa tha‘un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid.” (HR. Muslim)
- Perbanyak do’a dan dzikir
Disunnahkan berdoa dan berdzikir ketika tertimpa musibah karena berdzikir menentramkan jiwa ( QS Arra’du: 28) - Berikhtiar
Beriman pada takdir bukan berarti diam, merenung, meratapi nasib, berpangku tangan tetapi harus berusaha merubah apa yang ada pada diri kita ( QS. Ar Ra’du: 11)
Itulah sikap sesorang mukmin ketika tertimpa musibah yang medatangkan pahala.