1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Shalat Syurug Atau Shalat...

Shalat Syurug Atau Shalat Dhuha

Jul 8, 2022

Oleh: Moh.Mas’al, S.HI, M.Ag

Istilah “Shalat Syuruq” dalam dunia fiqh tidak dikenal, Arti  “shalat syuruq”  shalat yang dilakukan saat matahari sedang terbit. Yang kemudian dikait-kaitkan dengan hadits Nabi Saw perihal “Dzikir setelah shalat Subuh sampai terbit matahari, diteruskan dengan shalat dua rakaat, yang nilainya sama dengan haji atau umrah” Hadits tersebut adalah sebagai berikut:

عن أنس [ بن مالك ] قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة [ قال ] قال رسول الله صلى الله عليه و سلم تامة تامة

 قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب

“Dari Anas bin Malik Ia berkata bahwa Rasulallah Saw telah bersabda : Barang siapa shalat Subuh berjama’ah kemudian dia duduk sambil berdzikir kepada Allah Saw hingga matahari terbit ,lalu shalat dua rakaat, maka dia memperoleh pahala sama seperti pahala haji dan umrah, dengan sempurna,dengan sempurna,dengan sempurna.”(HR. Tirmidzi,dann ia berkata Hadits ini hasan gharib) namun riwayat ini oleh Syekh Albani dinilai Shahih ( Lihat shahih jami’us shagir 2/1086 hadits.no. 6346),yang diperkuat dengan riwayat berikut :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ لَمْ يَقُمْ مِنْ مَجْلِسِهِ حَتَّى تُمْكِنَهُ الصَّلاةُ ، وَقَالَ : مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ ، ثُمَّ جَلَسَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تُمْكِنَهُ الصَّلاةُ ، كَانَتْ بِمَنْزِلَةِ عَمْرَةٍ وَحَجَّةٍ مُتَقَبَّلَتَيْنِ .

Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulallah Saw  apabila shalat Subuh, beliau tidak berdiri dari tempat duduknya hingga memungkinkan untuk shalat lagi. Seraya bersabda : Barang siapa shalat subuh kemudian duduk hingga memungkinkan shalat lagi, maka shalatnya itu sama  kedudukannya dengan umrah dan haji yang diterima oeh Allah.”( HR.Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir Juz  7 no. 7765, juz 11 no. 834 dan Al Mu’jamul ausath Juz 12 no. 5760).

Dalam lafadz حَتَّى تُمْكِنَهُ الصَّلاةُ “hingga memungkinkan shalat lain” karena sesudah shalat Subuh tidak ada shalat lain lagi, sampai matahari terbit. Dari perkataan “sampai matahari terbit lalu shalat dua rakaat”, maka dari kalimat itulah ditarik kesimpulan adanya “ shalat syuruq”, sehingga waktu pelaksanaannya ialah saat matahari terbit, usai shalat subuh yang tidak pindah dari tempat duduknya” shalat syuruq dengan pengertian seperti itu tidak benar. Karena ada tiga waktu yang terlarang untuk melakukan shalat dan memngubur Jenazah,yaitu: waktu matahari sedang terbit(thulu’) waktu matahari tepat ditengah dan waktu matahari mulai terbenam. Berdasarkan hadits berikut:

عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِىَّ يَقُولُ ثَلاَثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّىَ فِيهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ.(رواه مسلم )

Uqbah bin Amir Al Juhani menuturkan”Ada tiga waktu yang oleh Rasulallah Saw kita dilarang mengerjakan shalat atau mengubur Jenazah, yaitu : Ketika matahari terbit dengan sempurna hingga tinggi, ketika bayangan orang yang berdiri persis di bawahnya hingga bayangan matahari itu tergelincir, dan ketika matahari mulai tenggelam hingga benar-benar telah tenggelam.(HR.Muslim no. 831).

Dengan demikian, maka penamaan shalat  “ hingga matahari terbit” (  hatta tathlu’ asy syamsu) tidak bisa dinamakan shalat syuruq, dengan arti “ shalat ketika matahari terbit” Lebih tepat dinamakan Shalat Dhuha dua rakaat” karena sesuai dengan hadits berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِى مُصَلاَّهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسَنًا.(رواه مسلم)

Dari  Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwasannya Nabi Saw aapabila usai shalat Subuh beliau tetap duduk di tempat shalatnya hingga matahari terbit hingga bagus ( terang benerang) (HR.Muslim no.670).

Semestinya hadits diatas yang dijadikan dalil waktu pelaksanaannya shalat syuruq, maksudnya yang tepat “ Barang siapa shalat subuh berjamaah lalu berdzikir dengan tidak berpindah pada tempat duduknya, hingga matahari terbit dengan terang benerang, lalu shalat dhuha dua rakaat, maka nilainya sama dengan haji dan umrah dengan sempurna”. Di sini kita sebutkan dengan “shalat dhuha” karena tidak ada shalat di waktu pagi ketika matahari sudah memancar dengan terang benerang, sepanjang yang telah diteliti para ulama’ dari Qauliyah maupun Fi’liyah Rasulallah Saw, selain shalat Dhuha.