1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Semangat Literasi Di Negeri...

Semangat Literasi Di Negeri Kinanah, Riuhnya Pameran Yang Telah Berlangsung

Feb 23, 2023

Oleh : Usama Nabhan A. (Mahasiswa Al Azhar University Mesir)

Pameran buku internasional Kairo (معرض القاهرة الدولي للكتاب) ke-54 kembali digelar pada tanggal 25 Januari 2023 – 6 Februari 2023 bertempat di EIEC Tajamuk Khomis, Kairo Mesir. Event tahunan ini sangat ditunggu oleh para Masisir (Mahasiswa Indonesia Mesir) dan para pecinta ilmu lain tentunya. Bagaimana tidak? lebih dari ratusan stan toko buku dan ribuan penerbit dari berbagai belahan dunia turut berpartisipasi dan memeriahkan event tahunan ini. Berbagai macam genre buku dimulai dari yang thurats keislaman seperti ilmu bahasa arab,Ilmu Kalam, ilmu mustholaah hadit, Tafsir, mantiq filsafat, dan masih banyak lagi, dimulai dari level mubtadiin (pemula) hingga muntahi (derajat terakhir dalam penuntut ilmu). Dan ada juga genre akademik seperti buku penelitian atau buku dari tinta para pelajar, tak ketinggalan juga buku-buku karya ulama Nusantara juga turut hadir di event ini seperti karya Syekh Mahfuz Termas, Syekh Yasin Al-Fadani dan lain sebagainya yang tak dapat saya sebutkan satu per satu.

Dengan buku-buku tersebut tentu kita bisa mengambil banyak manfaat,seperti ;  menambah referensi bagi para pegiat literasi, menjadi bahan dalam sebuah penelitian, dan tentu juga buku bisa menjadi teman terbaik kita diwaktu luang. Dan di event ini kita dapat bertemu secara langsung dengan para penulis buku dalam pameran tersebut, tidak hanya dari Mesir kita juga akan bertemu dengan penulis dari luar Mesir.

Di Cairo International book fair ini terdapat juga berbagai macam event spesial yang diadakan, salah satunya dan yang paling saya sukai adalah Majelis Hukamaul Muslimin yaitu penyampaian ceramah serta taujihat dari pembesar Ulama Azhar seperti Syekh Ahmad Ma’bad Abdul Karim (pakar ilmu hadits), Syekh Abdul Aziz Syihawi (salah satu ulama fiqih Syafi’i) dan tak lupa juga Syekh Sidi Fauzi Konate (salah satu ulama lughoh ternama) yang begitu indah ibarah-ibarah atau perkataan beliau, sehingga menjadi rujukan para thalibul ilmi dalam bermulazamah ilmu bahasa arab dan lain sebagainya. Tidak hanya itu di dalam Cairo international book fair ini juga terdapat pameran nuskhah Al-quran zaman dahulu, kaligrafi-kaligrafi, serta tarian khas Mesir.

Fyi, bahwasanya Cairo international book fair ini pertama kali diadakan pada tahun 1969 Masehi di Cairo International Fair Grounds, Madinat Nasr, dekat Universitas Al-Azhar. Menjadi pameran buku terbesar kedua di dunia setelah pameran buku di Frankfurt, Jerman.

Meskipun negara Mesir sekarang dilanda kasus ekonomi dan inflasi, akan tetapi event tahunan ini tetap berjalan lancar tanpa halangan, serta tidak menyurutkan semangat antusias para penggiat buku dari kalangan Masisir atau bahkan warga Mesir itu sendiri dalam acara ini, tak sedikit dari mereka yang hanya sekadar melihat lihat buku, membaca buku (tanpa membeli), mengincar buku gratisan, dan melepas kepenatan di tengah penatnya belajar dan bekerja, tetapi itu semua menunjukkan bahwa begitu besarnya manfaat book fair ini.

Bagaikan berenang di tengah luasnya samudra keilmuan yang hampir susah sekali kita menemukan tepinya, karena saking banyaknya buku dan penerbit yang tersedia, tentu kita harus ideal dan mementingkan skala prioritas kitab mana dulu yang harus kita baca dan kaji ditahun ini, kitab mana yang sesuai dengan level kita, dan jangan sampai kita membeli kitab berjilid-jilid dan begitu tebal, tetapi akhirnya menjadi berdebu lantaran kita tak pernah menyentuhnya, mungkin karena susahnya kita membaca kitab tersebut. Sangat memilukan bukan? maka, sering terutama Masisir meminta rekomendasi kepada Masyayikh dan para senior dalam memilih kitab dan penerbit sebuah kitab yang istilahnya cocok untuk kita.

Nah, dari pemaparan di atas kita dapat merasakan atmosfer keilmuan di negeri kinanah dan bagaimana perhatiannya pemerintah Mesir terhadap literasi dan keilmuan, mengingat Al-Azhar merupakan kiblatnya ilmu dan tempat rujukan para thalibul Ilmi dalam bermulazamah ilmu syar’i

Terakhir penulis Mengutip nasihat salah satu tabi’in  yang bernama Mu’tamir Bin Sulaiman :

عن معتمر قال كتب إلي أبي وأنا بالكوفة أن اشتر

الكتاب واكتب العلم؛ فإن المال يذهب والعلم يبقى

Dari Mu’tamir dia berkata : “Ayah saya menulis pesan kepada saya ketika saya di Kufah untuk membeli buku dan menulis ilmu, karena sesungguhnya harta lenyap dan ilmu kekal.” [Taqyiidul Ilmi karya Al Khatib Al Baghdadi hal. 112].

Mewariskan ilmu lebih baik dibandingkan mewariskan harta, karena ilmu akan kekal dan harta akan habis, saya teringat perkataan salah satu ulama lughoh yaitu Ibnu Hisyam dalam karya beliau “Wabalus Sada Syarh Qatrun Nada”, sebuah kitab dalam ilmu Nahwu yang dipelajari di pesantren-pesantren di Indonesia dan Timur Tengah, yang bunyinya :

”رضينا قسمة الجبار فينا ** لنا علم وللجهال مال فإن المال يفنى عن قريب ** وإن العلم باق لا يزال “

“Kami ridha terhadap pembagian Al Jabbar (Yang Maha Memaksa) kepada kami, kami memiliki ilmu dan orang-orang bodoh memiliki harta. Harta itu cepat lenyap dan ilmu kekal selamanya.”  pesan di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa tidak ada warisan terbaik selain buku, ilmu yang kita pelajari dan apa yang kita ajarkan untuk generasi kita selanjutnya.