1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Nilai Iman

Nilai Iman

Jan 19, 2023

Oleh: Muslim Mujib

Nilai iman seseorang tidak bisa diukur karena tidak ada standart sebagai pengukur. Untuk mengukurnya maka digunakanlah pembanding yang setara. Yaitu dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 91, bahwa orang kafir tidak diterima tebusan emas sepenuh bumi.

إن الذين كفروا وماتوا وهم كفار فلن يقبل من أحدهم ملء الأرض ذهبا ولو افتدى به أولئك لهم عذاب أليم وما لهم من ناصرين

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” (Qs Ali Imran ayat 91).

Betapa dahsyatnya adzab yang Allah timpakan bagi orang kafir yang mati dalam keadaan tetap kafir. Bahkan seandainya bisa ditebus dengan sesuatu yang lebih berharga daripada emas sepenuh bumi yaitu keluarga.

يبصرونهم يود المجرم لو يفتدي من عذاب يومئذ ببنيه وصاحبته وأخيه وفصيلته التي تؤويه ومن في الأرض جميعا ثم ينجيه

“Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab hari itu dengan anak-anaknya. Dan istrinya dan saudaranya, Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia).Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (Surat Al Ma’arij ayat 11-14)

Sedangkan bagi orang yang beriman dan beramal sholih tidak perlu mengeluarkan tebusan sebesar itu. Bahkan nilai ibadah mereka, misalnya dua rakaat sebelum subuh lebih bernilai daripada dunia seisinya.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaid Al Ghabari telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa’d bin Hisyam dari ‘Aisyah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR. Muslim 725)
Jadi sepulang sholat subuh orang beriman yang beramal sholih tidak mampu membawa pahala dunia seisinya. Demikian pula ketika pulang Merawat Jenazah

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَأَلَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا يُونُسُ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَحَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah berkata, aku membacakan kepada Ibnu Abu Dza’bi dari Sa’id bin Abu Sa’id Al Maqbariy dari bapaknya bahwasanya dia pernah bertanya kepada Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, maka Abu Hurairah radliallahu ‘anhu menjawab; Aku mendengar Nabi Shallallahu’alaihiwasallam. Dan dalam riwayat lain telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabib bin Sa’id berkata, telah menceritakan bapakku kepadaku, telah menceritakan kepada kami Yunus berkata, Ibnu Syihab dan telah menceritakan kepada saya ‘Abdurrahman Al A’raj bahwa Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam: “Barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menyolatkannya maka baginya pahala satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menguburkannya maka baginya pahala dua qirath”. Ditanyakan kepada Beliau; “Apa yang dimaksud dengan dua qirath?” Beliau menjawab: “Seperti dua gunung yang besar.” (HR Al Bukhari 1240)

Jadi sepulang takziyah kita tidak mampu membawa pulang pahalanya. Ini baru dua contoh ibadah sedangkan masih banyak contoh ibadah yang lainnya.

Kesimpulan: bahwa akibat kekafiran mendapatkan adzab yang tak terperikan dan tidak bisa ditebus dengan segala sesuatu yang berharga menurut kita. Namun dengan iman dan amal sholih dapat menebus adzab bahkan mendapat pahala yang tak terperikan, masih tertarik menjadi kafir dan Komunis?