Oleh : Ridwan, S.Pd., M.Pd.
Umur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) dihitung sejak ia lahir sampai sekarang. Dihitung dari jumlah angka , tambah tahun umur semakin bertambah panjang, sedang usia adalah hari-hari berlalu yang kita lewati. Semakin bertambah umur semakin bertambah pendek jatah hidup manusia. Sebagian manusia mengira ketika bertambah tahun, bertambah umur, tidak sadar sesungguhnya usia semakin berkurang. Sehingga kebanyakan diantara manusia, merayakan pergantian tahun atau tanggal kelahiran dengan berhura-hura.. Tidak ada ahir dan awal tahun yang ada adalah batas hidup, semakin mendekat pada kematian. Tidak ada pilihah, hidup terus atau mati, yang ada adalah memilih hidup ini bernilai dengan amal sholih atau sebaliknya. Dikenang dan di doakan orang-orang disekitarnya karena kebaikan- kebaikannya dan memperoleh surga yang dijanjikan atau sebaliknya dicela banyak orang dan di adzab di ahirat.
Syech Hasan Bashri berkata :
Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148)
Perintah bermuhasabah
Waktu terus berjalan, sisa hidup semakin berkurang. Tanda-tanda berkurangnya usia telah ditunjukkan oleh Allah dalam tubuh kita. Rambut semakin memutih tenaga berkurang, gigi mulai tanggal, daya ingat mulai berkurang mengindikasikan manusia mulai tua.
Firman Allah Surat Al Hasyr 18
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَد َّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Nasihat sahabat Umar RA
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.
Ibnu Umar mengingatkan untuk tidak menunda-nunda waktu dan panjang angan-angan.
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416)
Hidup di dunia ibarat sebuah perjalanan, terkadang mendaki dan bertikungan tajam, menurun, jalan mulus tanpa tanjakan seperti di jalan tol, tetap butuh kewaspadaan. Di jalan tol tiap 10-20 km disiapkan rest area supaya istirahat mengembalikan tenaga dan konsentrasi dalam perjalanan. Tentu dalam kondisi apapun dibutuhkan rambu-rambu untuk untuk menuntun keselamatan dalam perjalanan. Rambu-rabu kehidupan adalah takwa
Firman Allah
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)
Tiap perjalanan butuh istirahat untuk memulihkan tenaga, mata lebih fresh. Perjalanan kehidupan manusia dibutuhkan berhenti sejenak untuk bermuhasabah (koreksi diri) meningkatkan kwaltas hidup dengan amalan terbaik
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad;
Manfaat Muhasabah
Dari perintah Allah dan RasulNya serta nasehat dari para sahabat, dapat diambil hikmahnya.
Pertama, menumbuhkan syukur dengan nikmat Allah. Sangat banyak nikmat Allah yang telah kita rasakan, dianggap biasa-biasa saja. Bila merenung sejenak betapa besar kasih sayang Allah terhadap hambaNya.
Kedua. Intropeksi diri dengan muhasabah tahu perjalanan hidup amalan keseharian apakah banyak kebaikan atau keburukan, apakah maanfaat atau mudarat, semakin dekat pada Allah atau semakin jauh.
Ketiga, memperkuat komitmen diri. Dengan mengetahui kekurangan, maka menumbuhkan, menjaga komitmen untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan pada masa lalu.
Keempat, mawas diri. Berhati- hati dan waspada, liku kehidupan yang dijalani menjadi pengalaman berharga yang akan menyelamatkan dari jurang kesesetan dan kehancuran
Dari uraian di atas mari senantiasa intropeksi diri kapanpun, tidak menunggu awal maupun akhir tahun. Selagi Allah masih memberikan kesempatan hidup terus perbaiki diri dengan muhasabah.