Oleh: Moh.Mas’al, S.HI, M.Ag
Setan adalah musuh abadi manusia yang beriman kepada Allah SWT. Permusuhan antara keduanya memiliki akar sejarah yang sangat panjang, dikisahkan, dimana Allah SWT menciptakan jasat Nabi Adam sebelum ditiupkan roh kepadanya, kisah ini terdapat dalam kitab kitab Shahih Muslim dari Anas bin Malik ra. bahwa Nabi SAW bersabda “
لَمَّا صَوَّرَ اللَّهُ آدَمَ فِي الْجَنَّةِ تَرَكَهُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَتْرُكَهُ فَجَعَلَ إِبْلِيسُ يُطِيفُ بِهِ يَنْظُرُ مَا هُوَ فَلَمَّا رَآهُ أَجْوَفَ عَرَفَ أَنَّهُ خُلِقَ خَلْقًا لَا يَتَمَالَكُ
“Tatkala Allah menciptakan Adam di surga, Allah meninggalkannya beberapa waktu, lalu Iblis mengelilingi Adam dan melihat keadaannya. Tatkala dilihatnya Adam adalah makhluq berongga, Iblis tahu bahwa Adam diciptakan dalam keadaan tidak mampu mengendalikan diri” (HR. Muslim no. 4727).
Ketika Allah meniupkan roh dalam jasad Nabi Adam, Allah memerintahkan Iblis untuk sujud kepadanya saat itu iblis dan malaikat masih sama-sama beribadah kepada Allah dan perintah ini berlaku untuk mereka semua, akhirnya semua sujud kecuali Iblis yang merasa lebih tinggi dan sombong lihat QS. Shad(38):76). Sejak saat itulah Allah mengusir setan dari surga disebabkan bertahan dengan sifat sombongnya, dan Allah berjanji untuk membiarkan hidup hingga hari kiamat. Lihat QS. Al-A’rof(7): 14-15). (lihat. Alam al-Jin wa Al-Sayaatiin, DR. Umar Sulaiman al-Asyqar, hal. 45).
Merasa terusir dari surga, maka makhluq Allah yang terlaknat Iblis tersebut bertekad kuat dengan dirinya sendiri bahwa ia akan menyesatkan dan memperdaya manusia yang beriman, dikisahkan dalam QS. Al-A’raf(7): 16-17). Statemen Iblis pada ayat tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa, kesungguhan Iblis untuk menyesatkan manusia dengan mendatangi dari berbagai arah baik depan, belakang, kiri dan kanan artinya dari semua arah.
Menurut DR. Umar Sulaiman al-Asyqar, dalam kitab Alam al-Jin wa As-Syayatin, hal. 47-53, bahwa, setan mempunyai program atau target (Ahdaf) yang jelas dan terukur dalam menyesatkan manusia, karena setan sejak awal telah berkomitmen hanya satu tujuan yaitu penyesatan. Program setan itu ada 2 (dua) yaitu program jangka panjang (Hadfu Ba’ida) dan kedua program jangka pendek( Hadfu Qoriba) sebagai berikut :
- Program Jangka Panjang ( الهدف البعيد ).
Dalam program jangka panjang ini hanya satu target yang hendak dicapai yaitu ia ingin semua manusia masuk neraka dan tidak seorangpun masuk surga Allah, ini gambarkan dalam firman Allah yang berbunyi:
…إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“…karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak kepada golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka syair (yang menyala-nyala)” (QS. Fathir(35):6).
Imam As-Syaukani berkata: “Setan mengajak semua kelompok dan pengikutnya agar selalu taat kepadanya dengan cara bermaksiat kepada Allah dengan tujuan akhirnya adalah semua manusia menjadi penghuni neraka yang selalu menyala-nyala.(Imam As-Syaukani,dalm Tafsir Fathu al-Qadir). - Program Jangka Pendek( الهدف القريب).
Sedang pada program jangka pendek ada beberapa program atau target yang akan dicapai yaitu sebagai berikut :
a. Menjerumuskan manusia kedalam kesyirikan dan kekufuran ( إيقاع العباد في الشرك والكفر).
Hal ini dilakukan dengan cara mengajak semua manusia untuk menyembah kepada selain Allah SWT dan kufur terhadap syariatnya, sebagaimana Allah ilustrasikan dalam Al Qur’an yaitu.
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلإِنسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ [ الحشر: 16]
“Bujukan orang-orang munafik itu adalah seperti setan ketika dia berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu’ Maka tatkala manusia telah kafir ia berkata, “Sungguh aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Rabb semesta alam” ( QS. Al-Hasr(59):16).
Hakikatnya manusia sejak diciptakannya secara fitrah mempunyai jiwa-jiwa yang lurus (hanif) kemudian datanglah setan untuk menjauhkan manusia dari agamanya. Dalam hadis riwayat Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’i Nabi SAW ketika berkhutbah beliau bersabda :
…إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلَالٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا… (رواه مسلم)
…“Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan-ku untuk mengajarkan kepada kalian hal-hal yang tidak kalian ketahui, yang telah diajarkannya kepadaku pada hari ini, yaitu ‘Semua harta yang aku berikan kepada hambah-hambah-ku itu halal, Aku menciptakan hambah-hambah-ku dalam keadaan lurus (hanif) semuanya, lalu mereka didatangi oleh setan, dijauhkan dari agama, dan diperintahkan agar menyekutukan-ku dengan sesuatu yang tidak pernah aku turunkan keterangan tentang hal itu…” (HR. Shahih Muslim no.5109).
b. Menjatuhkannya kedalam Dosa dan Maksiat (إذا لم يستطع تكفيرهم فيوقعهم في الذنوب ).
Jika setan gagal untuk menjatuhkan ke dalam kekufuran dan kesyirikan, ia tidak berputus asa, dengan selalu mengawal dan mengevaluasi programnya mengapa terjadi kegagalan. Kemudian menyiapkan program alternatif berikutnya yaitu dengan menjerumuskan manusia ke dalam dosa dan maksiat, wujudnya adalah menanamkan permusuhan dan kebencian dalam barisan meraka. Sebagaimana dalam hadis Sunan Tirmidzi dan Ibn Majah dengan sanad hasan sebagai berikut:
…أَلَا إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَدًا وَلَكِنْ سَيَكُونُ لَهُ طَاعَةٌ فِي بَعْضِ مَا تَحْتَقِرُونَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ فَيَرْضَى بِهَا …(رواه الترمذي وإبن ماجة )
“Ketahuilah, setan itu telah berputus asa utnuk disembah di negeri kalian ini selamanya. Tetapi ia akan mendapatkan ketaatan pada sebagian amal perbuatan yang kalian anggap sepeleh, sehingga setan puas dengannya” (HR. Tirmidzi no. 2085 dan Ibn Majah no. 3046). Dalam sunan Tirmidzi no. 1860, ada tambaham lafadz وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ tetapi ia mengaduh domba di antara mereka, maksudnya dengan menanamkan permusuhan dan kebencian di antara mereka, bahkan lebih ditegaskan lagi dalam firman Allah SWT QS. Al-Maidah (5): 91. Selanjutnya DR. Umar Sulaiman Al-Asyqar, memberikan catatan bahwa “setiap ibadah yang dicintai oleh Allah pasti dibenci oleh setan, dan setiap kemaksiatan yang dibenci oleh Allah hal itu pasti dibenci oleh setan”.
c. Menghalangi Manusia dari Ketaatan kepada Allah SWT. (صده العباد عن طاعة الله).
Setan tidak pernah merasa cukup dengan hanya mengajak manusia pada kekufuran, perbuatan dosa dan kemaksiatan, bahkan ia menghalang-halangi mereka dari melakukan perbuatan baik. Setan tidak memberikan sedikitpun ruang gerak atau jelan bagi hamba Allah untuk berbuat kebaikan. Ia selalu hadir disetiap kesempatan atau jalan kebaikan dan memalingkannya kepada kepada keburukan. Disebutkan dalam satu hadis yang cukup panjang riwayat Ahmad, Nasa’i dengan sanad yang shahih. Sebagai berikut : Setan selalu mengintai anak Adam di setiap jalannya baik di jalan Islam, Hijrah, dan Jihad yang akhirnya hamba Allah itu tetap melakukan jihad fi sabililla utusan Allah SWT berkata:… وَمَنْ قُتِلَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ … “…dan barang siapa yang terbunuh maka menjadi kewajiban Allah untuk memasukkannya ke dalam surga..” dan seterusnya (HR. Ahmad no.15392, Nasa’i no. 3083, 3134 ). Perkara kuatkan lagi oleh Allah dalam firmanNya QS. Al-A’raf(7): 16-17.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ [ الأعراف: 16- 17].
“Iblis menjawab, ‘Karena engkau telah menetapkan aku sebagai hamba yang tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.
Ungkapan para mufassir dalam memberikan tafsiran kata “shirat” hampir sama antara yang satu dengan lainnya. Ibn Abbas menafsirkan dengan “Agama yang jelas”, Ibn Mas’ud menafsirkan “Al-Qur’an”, sedang Jabir ibn Abdillah menafsirkan dengan “Agama Islam” begitu juga Mujahid menafsirkan dengan “Kebenaran”. Intinya setan tidak akan memberikan satupun jalan menuju kebaikan itu lolos dari jeratan, ia akan hadir disetiap sudut jalannya untuk memalingkan dari jalan kebenaran, demikian DR. Umar Al-Asyqar menuturkan.
d. Merusak Amal Keta’atan ( إفساد الطاعات).
Tidak hanya berhenti disitu, jika setan tidak mampu menghalangi manusia dari jalan keta’atan maka ia akan berupaya dengan keras merusak amal keta’atan, yang ujung-ujungnya mereka tidak mendapatkan pahala atau ganjaran alias nol, padahal mereka telah melakukan berbagai amalan kebaikan. Perihal ini terilustrasikan dalam dalam kisah salah seorang sahabat yang datang kepada Nabi SAW dan mengadu dengan berkata : “ Ya, Rasulallah, aku sering diganggu setan dalam shalat, sehingga bacaanku menjadi kacau karenanya. Aku harus bagaimana? “Rasulallah SAW menjawab ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ Ya, yang demikian itu memang gangguan setan yang dinamakan Khinzab. Karena itu jika engkau diganggu maka segeralah mohon perlindungan kepada Allah dari godaannya, setelah itu meludahlah atau meludah kecil( وَاتْفِلْ) ke sebelah kirimu tiga kali,”setelah beberapa saat orang itu berkata: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي (رواه مسلم) “setelah kulakuakan yang demikian dengan izin Allah godaan seperti hilang”.(HR. Muslim no. 4083).
Demikianlah, ketika seorang hamba mulai melakukan shalat, setan segera mengganggunya, menyibukkannya dari keta’atan kepada Allah SWT dengan selalu mengingatkannya dengan perkara-perkara dunia.