Oleh : H. Ridwan Manan, S.Pd. M.Pd
Hari ini memasuki bulan Syawal bulan ke 10 dalam kalender Hijriyah setelah berlalunya Ramadhan. Penamaan bulan Syawal di ambil dari kata syaala yang berarti irtifaa, naik / menjadi tinggi. Bulan ini disebut Syawal karena orang Arab dahulu, pada bulan tersebut menggantungkan atau menyimpan peralatan perang mereka, karena telah mendekati bulan-bulan haram, yaitu bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjahdan Muharram dilarang untuk berperang .
Di antara ulama berpendapat bulan Syawal berati peningkatan iman setelah sebulan penuh berpuasa dan beramal kebaikan di bulan Ramadhan
Iman dan taqwa semakin meningkat atau kaum muslimin dalam posisi meningkat,tertinggi di hadapan Allah karena telah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.
Amalan Sunnah di bulan Syawal
Ada beberapa amalan sunnah yang dapat diamalkan pada bulan Syawal
- Berhari raya Idul Fitri
Id berarti kembali, Ibnu Abidin berkata, disebut Id karena pada hari itu Allah melimpahkan kebaikan pada hamba-Nya dan akan kembali kepada mereka di hari tersebut. Diantaranya berbuka setelah larangan makan dan minum . Dan kebiasaan yang berlaku pada hari tersebut berupa kebahagiaan , kebahagiaan dan keceriaan. - Puasa enam hari di bulan Syawal
Diantara keistimewaan bulan Syawal yang berbeda dengan bulan yang lain adalah puasa enam hari, fadilahnya seperti puasa setahun penuh, sabda Rosulullah sholallohu alahi wa salam
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر
Artinya: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh.” (HR Muslim).
Selain hadist di atas, Ibnu Majah juga meriwayatkan hadist dengan nada serupa.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، أَنَّ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ، كَانَ يَصُومُ أَشْهُرَ الْحُرُمِ . فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ “ صُمْ شَوَّالاً ” . فَتَرَكَ أَشْهُرَ الْحُرُمِ ثُمَّ لَمْ يَزَلْ يَصُومُ شَوَّالاً حَتَّى مَاتَ
Artinya: Diceritakan dari Muhammad bin Ibrahim, Usamah bin Zaid terbiasa puasa di bulan-bulan suci. Rasulullah SAW kemudian berkata, “Puasalah di Bulan Syawal.” Lalu dia melaksanakan puasa tersebut hingga akhir hayat (HR Sunan Ibnu Majah).
Hitungan pahala puasa Syawal dilipatgandakan, seperti disebutkan dalam hadist Ibnu Majah sebagai berikut,
Dari Tsauban, seorang budak yang dibebaskan Rasulullah, Nabi SAW berkata, “Siapa saja yang puasa enam hari setelah Idul Fitri akan berpuasa selama satu tahun tersebut, dengan satu kebaikan dihargai 10 kebaikan serupa.”
Para ulama menjelaskan bahwa berpuasa enam hari di bulan Syawal tidak harus terus menerus berurutan. Imam Nawawi mengatakan “ Yang lebih utama adalah berpuasa enam hari berturut-turut langsung setelah Idul Fitri, namun apabila seorang berpuasa dengan tidal berurutan , maka ia masih mendapatkan keutamaan bulan Syawal, berdasarkan konteks hadits
Yaitu keumuman sabda Rosulullah. “enam hari di bulan Syawal”
- Menikah pada bulan Syawal
Sabda Rosulullah dari ummul mukminin ‘Aisyah rodiyallohu anha
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي
Artinya: “Rasulullah SAW menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR Muslim).
Ucapan dan anjuran ‘Aisyah menikah pada bulan Syawal untuk menghilangkan anggapan tradisi yang berlangsung pada masa Jahiliyah, bahwa bulan Syawal adalah bulan sial, sehingga mereka melarang mengadakan pernikahan dan bercampur dengan istri di bulan Syawal.