1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Dengan Qurban Hilangkan Sifat...

Dengan Qurban Hilangkan Sifat Kebinatangan Kita

Jun 19, 2022

Oleh: Moh.Mas’al, S.HI, M.Ag

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt yang senantiasa menganugerahkan karunia rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, nikmat Iman dan Islam, nikmat sehat wal afiat, dan sekian banyak lagi nikmat yang tidak mungkin bisa kita ingat maupun kita catat. Maka meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat itu hanya dari Allah datangnya, seraya mensyukuri dan mendayagunakannya untuk mendapatkan ridha dan cinta-Nya semoga membuat kita mendapatkan pelipat gandaan nikmat, seperti yang telah Allah janjikan.
Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan untuk Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia menjalankan syariat ajaran agamanya.
Sebagai pengamalan perintah Allah swt. Setiap tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah,umat Islam seluruh dunia melakukan penyembelehan hewan qurban. Tak terkecuali mereka yang tengah melaksanakan ibadah haji di tanah Suci Makkah.
Istilah qurban dikenal dengan القربان dan الأضحية kalau qurban secara bahasa “ apa saja yang bisa mendekatkan diri kepada Allah baik itu berupa binatang sembelehan atau lainnya” mulai ada di zaman Nabi Adam as. Dengan kedua putra beliau yang bernama Qobil dan Habil yang diabadikan oleh Al Qur’an surat Al Maidah : 27,
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka (qurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”
Begitu juga di zaman Yahudi untuk mengetahui kebohongan dari mereka diperintahkan untuk mengeluarkan qurban yang terkenal dengan qurban bakaran, jika salah satu ada yang berbohong maka api dari langit tidak akan memakan qurban dari mereka sampai Allah mengabadikan dalam surat .Ali Imron : 183
Sedang Al Udhiyah secara bahasa الأضحية : إسم لما يذبح فى أيام النحر لقربة إلى الله تعالى “nama bagi hewan yang disembelih di hari Nahr (tanggal 10) untuk mendekatkan diri kepada Allah swt” yang dilakukan setelah shalat Id bagi yang tidak berhaji di Baitullah, bagi yang melakukan ibadah haji sembelihan mereka namanya الهدي (Al Hadyu) yang dibawah jama’ah haji untuk disedeqahkan.
Ada 4 macam Hikmah Iedul Qurban /Udhiyah :

  1. Tajdid ruh al Udhiyah ( تجديد الروح الأضحية ) :di zaman Rasulallah saw dan para sahabat adalah pada haqiqatnya merupakan upaya tajdid ( upaya pembaharuan ), karena qurban itu sendiri dilakukan setiap saat. Dalam artian luas qurban mengandung ma’na selalu siap untuk menerima panggilan demi kepentingan Allah swt. Nabi, Sahabat, serta pengikutnya setiap saat selalu memenuhi apapun yang diminta agama. Inilah sesungguhnya ma’na haqiqattnya dari qurban, termasuk juga dalam hal ini adalah qurban harta yang banyak dilakukan para sahabat seperti Ustman bin Affan yang menyumbangkan semua hartanya demi kepentingan perjuangan Islam. Begitu juga Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khottob serta sahabat lainnya. Agar semangat berqurban itu selalu tumbuh dalam jiwa umat Islam, maka perlu semacam Tajdid atau pembaruan sikap untuk selalu mau berqurban yang kemudian di abadikan setiap tanggal 10-13 Dzulhijjah.
  2. Tuzalu shimatal bahamiyah ( تزال سيمة البهيمية ) (hilangkan sifat-sifat kebinatangan), qurban sebenarnya sekedar simbul sesuatu yang kita qurbankan, diantaranya ada dua manfaat yang dapat kita lihat dari kegiatan qurban adalah pertama:darah yang muncrat dari tubuh hewan yang disembelih, kenapa kita yang berqurban oleh para ulama’ dianjurkan untuk menyaksikannya, maksudnya ialah agar kita siap untuk mengorbankan darah segar kita sekalipun, kalau memang itu benar merupakan perintah agama, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as.untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Nabi Ismail as.itu kita tidak boleh takut untuk mengeluarkan darah. Yang Kedua seperti yang dijelaskan para ulama’ dengan melakukan penyembelihan qurban diharapkan mampu menghilangkan sifat-sifat bahimiyah (kebinatangan) yang ada dalam tubuh kita.
  3. Tauiyyatu al-Ijtimaiyyah ( توعية الاجتماعية ) ( kesadaran diri untuk berjiwa sosial) sebenarnya setiap ibadah tidak sekedar memiliki makna ritual tetapi juga memiliki makna sosial lebih-lebih ibadah qurban yang kita lakukan setiap tanggal 10-13 Dzulhijjah, diharapkan agar tumbuh kesadaran yang tinggi untuk peduli dengan sesama yang semakin lama sangat memprihatinkan dikalangan kita, sehingga dengan ibadah qurban ini akan tumbuh jiwa-jiwa Ruhama’ (kasih sayang) yang akan menghilangkan sekat antara orang yang kaya dengan orang yang tak mampu, diantaranya adalah pembagian daging qurban yang dibagikan kepada fakir miskin pada hari-hari tersebut diharapkan bisa dirasakan sebagai nikmat bagi mereka, inilah dampak sosial dari ibadah qurban , sebuah wujud kepedulian dari orang-orang mampu bagi mereka yang fakir miskin. Kepedulian terhadap fakir miskin tersebut merupakan bagian utama dari kehidupan seorang Muslim yang merupakan wujud dari keimanannya yang ada dalam dirinya.
  4. Fida’un min al-a’fati wal kawarist wal mashoib fi astna’il ammah (فداء من الآفات و الكوارث والمصائب في أثناء العامة ) Sebagai tebusan dari berbagai macam penyakit, bencana, dan musibah secara umum) dan secara khusus Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as.untuk menyembelih Nabi Ismail as. Sebagai tebusan dari bencana yang besar yaitu menyembelihnya, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt pada surat Shoffat : ayat 103-107 “
    فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)
    Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”