1. Home
  2. /
  3. Artikel
  4. /
  5. Cukupkah IQ Yang Tinggi...

Cukupkah IQ Yang Tinggi Mengantarkan Kesuksesan?

Nov 19, 2022

Oleh : Ridwan, S.Pd., M.Pd

Mari kita merenung sejenak tentang anak manusia yang pernah lahir di dunia dengan inteligensi yang tinggi. Inteligensi adalah kemampuan dan bakat seseorang yang mampu memahami sesuatu secara spesifik. Manusia yang memiliki lQ tinggi yaitu William James Sidis lahir di Mahattan New York AS 1 April 1898 akrab di panggil Billy Sidis. Ia lahir dari keluarga akademisi, ayahnya Prof.Dr. Boris Sidis. Skor IQnya 250-300, skor lQ yang jauh melebih Isac Newton skor 192, Albert Eintein skor 160-190 dan Stepen Hawking 160-180. Pada usia 6 bulan ayahnya sudah mengajarkan huruf abjad sesuai urutannya. Lima tahun kemudian Billy Sidis sudah mampu mengoperasikan mesin ketik dan mampu membuat karya ilmiah anatomi. Lima bahasa sudah dia kuasai Yunani, Rusia, Prancis, Jerman, dan Ibrani. Usia 9 tahun dinyatakan masuk sebagai mahasiswa termuda saat itu di Harvard University, universitas ternama dunia tempatnya para intelektual. Dan pada usia 14 tahun menjadi dosen ahli dibidang matematika di almamaternya. Ia dapat berpikir rumit dan mampu menyelesaikan masalah akademik, jauh melebihi kemampuan anak-anak seusianya dan bahkan melebihi kemampuan orang dewasa. Tetapi dia tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia mengalami ganguan emosional. Ketekunananya dalam dunia akademisi membuat ia mengalami hambatan emosional sosial yang mempengaruhi perilakunya. Billy mengalami masalah besar dalam hidupnya, tidak merasakan kebahagiaan dengan kecerdasan kognitif luar biasa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ia menjadi pemurung, memimisahkan diri dari keramaian masyarakat yang mengaguminya. Billy memilih pekerjaan rendahan yang tidak sesuai dengan kapasitas intelektualnya, yakni menjadi tukang cuci piring di sebuah restoran sampai ahir hidupnya. Ia meninggal pada usia 46 karena strooke.

Ternyata kemampuan kognitif saja tidak mampu mengantarkan orang menjadi sukses butuh kemampuan kecerdasan yang lain. Banyak orang sukses di dunia bisnis maupun akademisi dengan lQ biasa- biasa saja (rata-rata) bukan superior apalagi jenius, tetapi punya kecerdasan emosional, ia mempunyai ketahanan mental yang luar biasa sehingga mampu menyelesaikn kesulitan kehidupan.

Lantas apa yang menjadi penyebab suksesnya seseorang?
Thomas J. Stainly, Ph.D. seorang penulis dan ahli teori bisnis Amerika, ia menuliskan 100 faktor yang menentukan kesuksesan. Riset dilakukan tehadap 1001 responden dan 733 responden adalah miliuner. Ternyata lQ yang tinggi bukan termasuk 10 faktor utama menentukan kesuksesan seseorang. Faktor interpersonal yang menempati urutan atas. Dalam riset tersebut penentu kesuksesan seseorang karena 1, Kejujuran, 2. Disiplin yangkeras, 3 mudah bergaul, 4. Dukungan pendamping 5. Kerja keras, 6. Kecintasn pad yang di kerjakan 7. Kepemimpinan, 8. Kepribadian kompetitif, 9. Hidup teratur, 10. Kemampuan menjual ide sedangkan lQ yang tinggi menduduki peringkat 21, lulusan sekolah favorid pada urutan 23 dan nilai yang bagus menempati urutan 30. Dari riset tersebut di butuhkan kematangan jiwa, kerja keras dan mental yang kuat, untuk mencapai kesuksesan.

Perhatikan kisah Imam Bukhori nama aslinya Abu Abdillah Muhammad bin Ismail dijuluki Amirul Mukminin fil l Hadits. Imam Bukhori dalam menulis kitab hadits yang monumental yaitu kitab Shohih lBhukhori memerlukan waktu 16 tahun untuk menyeleksi hadis yang ia dapatkan dari 80.000 perawi hadist. Terkumpulah sebanyak 7.275 hadist yang ada dalam Shohih Bukhori dengan seleksi yang ketat. Ia rela melakukan perjalanan puluhan kilo bahkan ratusan kilometer untuk memperoleh satu hadist. Betapa kegigihan dan kerja keras didasari keimanan yang kuat sangat diperlukan untuk mecapai kesuksesan.

Contoh lain kegigihan Imam Syafi’i ahli fiqh yang mendapat julukan Nashir as sunnah wa Al Hadits (pembela Sunnah Nabi). Tak kurang dari 200 kitab penting telah di tulis sang Imam. Sejak kecil Imam Syafi’i menjadi yatim, sejak kecil tak pernah berhenti belajar dan menunjukkan kecerdasannya. Walau keterbatasan ekonomi sang ibu yang cerdas tak lelah membimbing dan memotivasi sang anak untuk belajar. Rela melanglang buana mencari ilmu agama ke berbagai kota dan negara. Kecerdasan dan dibarengi semangat juang yang besar mampu dihadapi walaupun dalam keterbatasan finansial. Sukses menjadi ulama legendaris, ilmunya bermanfaat sepanjang masa.
Contoh perjalanan hidup dua ulama besar sepanjang masa yang akrab di pikiran kita, meraih sukses dengan kecerdasan, ketrampilan (dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan kehidupan dan spritual yang matang. Masih banyak lagi kisah sukses yang lain tidak semata-mata karena kejeniusan saja.
Kesimpulan dari ahir tulisan ini, mengutip dari buku Segenggam Iman anak kita di tulis oleh ustadz Mohammad Fauzil Adhim bahwa _”kejeniusan bukan segala-galanya. Jenius bukan jaminan sukses, apalagi bahagia”.